Selasa, 12 November 2013

CERPENKU



SAHABAT SELAMANYA
Hari itu cuaca cerah sekali. Hari dimana aku pertama kali masuk sekolah baru (SMP). Pertama kali masuk gerbang SMP, grogi dan malu yang kurasa karena menghadapi wajah baru dan suasana lingkungan yang baru. Aku beranjak jalan menuju kelasku (7C). Ternyata APEL (pembukaan MOS) sudah di mulai. Aku cepat-cepat bergegas menuju lapangan dan menempati barisan kelasku. Tiba-tiba dengan spontan ada yang menyodorkan tangannya ke arah perutku, sambil berkata “Nama kita sama”. Aku langsung menoleh dan membalas jabatan tangannya sambil ku tersenyum dan berkata “nama kamu Annisa?”, dia langsung menjawab dengan lantang “iya, nama panjangku Annisa Pramudia Wardani, temenku sering memanggilku dengan sebutan PW (Pramudia Wardani)”, katanya dengan suara yang keras dan lantang sampai teman di sebelah kita dengar dan menoleh, MALU BANGEET! Hari pertama dapet kenalan pertama yang super PD, crewet, tapi asik sih..haha.
Selesai upacara, kita langsung menuju ke kelas kita. PW mengajakku untuk satu bangku dengannya di barisan pertama. Aku masih mikir-mikir dulu. “wah, kalau aku satu bangku sama orang crewet ini nanti aku juga ketularan crewet, terus gak konsen sama pelajaran mana namaku sama dia sama lagi, nanti kalau di panggil satu noleh semua lagi, ahh gak mau ah”, ucapku dalam hati. Akhirnya aku menolak tawaran PW dan memilih satu bangku dengan seorang cewek cantik, putih yang duduk sendirian di baris nomer 2 sambil tangannya menulis sesuatu. Aku dekati dia sambil berkata “aku boleh duduk disini gak?”. Dengan suara halus dan sedikit senyuman di pipinya, dia menjawab “boleh kok, duduk aja kebetulan aku duduk sendiri”. Aku pun berkenalan dengannya, katanya namanya Rona.
Lama-lama aku jadi tambah deket sama Rona, orangnya nyambung di ajak ngobrol, gak banyak ngomong, gak kayak PW crewet bangeet..haha. Banyak kesamaan sifat, pengalaman, cerita, pokoknya rona tu asiik bangeet. Salah satu kesamaan kita dari bintang/zodiak, sama-sama zodiaknya Aries. Setiap ke kantin, kita selalu beli makanan yang namaya molor. Waah, jangan salah, makanan ini unik banget. Dari bahan dasar pati, digoreng, terus kalau di makan bisa sampe molor-molor gitu, ribet makannya…haha. Kita sama-sama suka yang unik-unik. Dia juga yang bikin aku jadi tegar dan pemberani. Rona tu kayak motivasi dalam hidupku. Sampai pada suatu hari dia bilang “kamu mau gak jadi sahabatku buat hari ini dan selamaya?. Aku yang mendengar kata-kata itu langsung tertawa terbahak-bahak, “Haha.. aneh-aneh aja kamu tu, mau jadi sahabatku kok minta ijin dulu sih?, kayak orang mau pacaran aja..haha, aku dah anggap kamu sahabatku dari dulu dan untuk selamanya kamu tetap sahabat sejatiku”, kataku dengan sedikit senyuman. Dia pun membalasnya dengan senyuman.
Hari semakin berganti, persahabatan kita semakin dekat dan akrab. Tertawa, tangis, sedih, selalu kita hadapi bersama-sama. Namun, pada suatu hari setelah MID semester diadakan dan hasil mulai di bagikan, nilai rapor kita berbeda. Baru kali ini ada perbedaan diantara kita, biasanya kita sama terus. Rapor MID ku benar-benar tidak memuaskan. Banyak mata pelajaran yang tidak tuntas, berbeda dengan Rona yang hanya 1 mata pelajaran saja yang tidak tuntas. Ada rasa iri di hati.
Pulangnya, aku dan Rona pulang bersama. Di jalan Rona mengungkapkan kegembiraannya karena mendapatkan nilai bagus dan sampai akhirnya dia berbicara tentang nilaiku “kamu kok bisa sih dapet nilai jelek? Pasti gak belajar to? Kamu maen terus sih. Payah kok kamu thu!”, kata Rona dengan nada menyindir. Hatiku yang sudah kecewa karena nilaiku jelek, ditambah lagi dengan sindiran dari Rona, membikin hatiku jadi panas dan marah. Aku hanya diam sambil cemberut setelah mendengar kata-kata sindiran dari Rona.
Sampai di rumah aku masih memikirkan kata-kata Rona, “ternyata Rona tu sombong ya? Mentang-mentang nilainya bagus bilang kayak gitu, hiih!!!” kataku dengan nada tinggi. Berhari-hari aku mendiamkan Rona, aku masih merasa tersinggung dengan kata-katanya. Yang dulunya kemana-mana kita berdua sekarang udah enggak lagi, setiap malam aku merenung. Disisi lain aku kangen kita sama-sama lagi, tapi disisi lain aku tersinggung dengan kata-kata Rona. Sampai akhirnya Nora (saudara kembarnya Rona) menelponku
“Rona sakit, kenapa kamu tidak menjenguknya?”,
Hah, Rona sakit? Sakit darimana? Tadi aku liat di sekolah baik-baik aja tu. Kamu ingin mencoba membohongiku ya?”. kataku.
kamu gak tahu, dari kemaren dia sakit, asam lambung yang dia derita kambuh, dia memaksakan diri untuk masuk sekolah karena dia ingin menjelaskan ke kamu sekaligus minta maaf, tapi karena rasa sakitnya yang tidak bisa ditahan dan di tambah lagi kamu yang selalu menghindar dari Rona, jadi dia belum sempat menjelaskan apa-apa sama kamu. Rona ingin kamu segera datang kerumahnya, sakitnya tambah parah.” Kata Nora dengan nada samar-samar seperti mau menangis.
aku pikir-pikir dulu nanti”, kataku dan langsung menutup telepon.
Aku masih memikirkan hal itu, tapi disisi lain kasian Rona. Lagian dia sudah berusaha minta maaf, tapi aku aja yang keras kepala. Dan pagi-paginya benar Rona tidak masuk sekolah.
Siang harinya setelah pulang sekolah, aku dan teman-teman menjenguk Rona di rumahnya. Sampai di rumahnya, kita disambut oleh ibunya Rona dan kita dipersilahkan untuk langsung masuk ke kamarnya Rona. Teman-temanku memberikan kesempatan kepadaku untuk berbicara dengan Rona. Dengan rasa menyesal, takut, dan bersalah aku masuk ke kamarnya Rona. Terlihat Rona sedang tiduran di kasur namun matanya masih terbuka lebar. Tanpa basa-basi lagi aku berusaha minta maaf kepada Rona, sambil duduk dan memegang tangannya,
Ron, maafin aku ya? Aku selama ini diemin kamu, aku yang terlalu keras kepala, aku salah Ron, maafin aku. Maafin aku juga karena aku yang bikin kamu sakit kayak gini, aku nambahin beban pikiran kamu ya? Maafin aku.”, kataku dengan mata berkaca-kaca.
gak papa kok, aku baik-baik aja”, kata Rona memotong pembicaraanku.
aku ingin kita jadi sahabat kayak dulu lagi yang selalu sama-sama seperti janji kita, akan selalu jadi sahabat walau masalah dating menyertai kita”, sambungku.
Rona hanya diam memandangku.
                                                                                                            ANNISA EKASIWI. A
                                                                                                                        XG/01

Tidak ada komentar:

Posting Komentar